Semangat Usaha Membentuk Generasi Berkarakter Sejak Masa Perjuangan Sampai Reformasi
Berikut ini sebuah perjuangan dalam rangka membentuk pemuda berkarakter dari sejak masa perjuangan kemerdekaan sampai masa reformasi, yaitu :
1. Masa Perjuangan Kemerdekaan
Ki Hajar Dewantara sudah dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya dalam rangka untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah pendidikan merupakan wahana utama yakni untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya dari pendidikan karakter.
Istilah "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani; didepan kita memberi contoh, ditengah membangun prakasa dan bekerja sama, serta dibelakang memberi daya-semangat dan dorongan". Istilah ini telah lama diutarakannya sejak dari Indonesia belum merdeka. Kutipan dari istilah yang Bapak Pendidikan utarakan diatas adalah salah satu " Mata Pelajaran" pembentukan karakter di Perguruan Taman Siswa, sekolah kaum jelata yang didirikan pada 3 Juli 1922.
Sebagai tokoh pergerakan kemerdekaan, dia sadar betul bahwa saat itu "Calon" negara Indonesia memerlukan sebuah sistem yakni pendidikan yang bisa memerdekakan. Pendidikan harus menjadi gerbang dalam membangun kesadaran anak bangsa tentang keadilan dan kemakmuran yang bebas dari penjajahan.
Setidaknya ada lima karakter yang harus di tanamkan menurut Ki Hajar Dewantara yakni Kepercayaan pada kekuatan diri; Cinta atas kebenaran dan kemerdekaan; solidaritas, kesadaran akan kesamaan derajat, serta kepemimpinan.
2. Masa Orde Lama
Setelah Indonesia merdeka, khususnya pada masa orde lama keinginan untuk menjadi bangsa berkarakter terus dikumandangkan oleh pemimpin nasional. Presiden Soekarno senantiasa membangkitkan semangat untuk rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang berkarakter dengan ajakan "berdikari", yaitu berdiri diatas kaki sendiri. Soekarno telah mengajak bangsa serta rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri ini dilanjutkan dengan " Trisakti", yaitu adalah Kemandirian dibidang politik, ekonomi, dan budaya.
Semangat untuk menjadi bangsa yang berkarakter ditegaskan oleh Soekarno yaitu diantaranya dengan mencanangkan Nation and Character Building dalam rangka terus membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara spesifik yakni Soekarno menegaskan dalam amanat Pembangunan Semesta Berencana tentang pentingnya karakter ini sebagai mental investmen, yang mengatakan bahwa kita jangan melupakan aspek mental dalam pelaksanaan pembangunan dan mental yang dimaksud adalah mental Pancasila.
Semangat untuk menjadi bangsa yang berkarakter ditegaskan oleh Soekarno yaitu diantaranya dengan mencanangkan Nation and Character Building dalam rangka terus membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara spesifik yakni Soekarno menegaskan dalam amanat Pembangunan Semesta Berencana tentang pentingnya karakter ini sebagai mental investmen, yang mengatakan bahwa kita jangan melupakan aspek mental dalam pelaksanaan pembangunan dan mental yang dimaksud adalah mental Pancasila.
3. Masa Orde Baru
Pada masa orde baru, keinginan untuk tetap menjadi bangsa yang bermartabat tidak pernah surut. Soeharto, sebagai pemimpin orde baru menghendaki bangsa Indonesia senantiasa bersendikan pada nilai-nilai pada Pancasila dan ingin menjadikan warga negara Indonesia menjadi manusia yang ber Pancasila.
Keinginan dalam mewujudkan harapan itu dilakukan melalui Penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Secara filosofis penataran ini sejalan dengan kehendak pendiri negara, yaitu ingin menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia Pancasila.
Pada masa orde baru, keinginan untuk tetap menjadi bangsa yang bermartabat tidak pernah surut. Soeharto, sebagai pemimpin orde baru menghendaki bangsa Indonesia senantiasa bersendikan pada nilai-nilai pada Pancasila dan ingin menjadikan warga negara Indonesia menjadi manusia yang ber Pancasila.
Keinginan dalam mewujudkan harapan itu dilakukan melalui Penataran P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Secara filosofis penataran ini sejalan dengan kehendak pendiri negara, yaitu ingin menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia Pancasila.
4. Masa Reformasi
Pada masa reformasi ini keinginan dalam membangun membangun karakter bangsa terus berkobar yakni bersamaan dengan munculnya euforia politik sebagai dialektika runtuhnya rezim orde baru. Keinginan menjadi bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghargai dan taat hukum merupakan dari beberapa karakter bangsa yang diinginkan tentunya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan yang ada justru menunjukan fenomena sebaliknya.
Konflik horizontal dan vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-mana, diiringi dengan mengentalnya semangat kedaerahan dan primordialisme yang bisa mengancam instegrasi bangsa; praktik korupsi dan nepotisme tidak semakin surut bahkan malahan semakin berkembang; demokrasi penuh etika yang di dambakan berubah menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme; kesatuan sosial dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; kecerdasan kehidupan bangsa yang telah diamanatkan para pendiri negara semakin tidak tampak, semuanya itu menunjukan dari lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk Presiden RI. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Pada sebuah peringatan Dharma Shanti Hari Nyepi tahun 2010, Presiden menyatakan "Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia.
Untuk itu perlu dicari jalan yang terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia termasuk potensi mental. Melalui pendidikan maka diharapkan terjadi transformasi yang berarti dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi watak baik.
Di tengah kegelisahan yang menghinggapi berbagai komponen-komponen bangsa, sesungguhnya terdapat beberapa lembaga pendidikan atau sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter secara berhasil dengan model yang mereka kembangkan sendiri. Mereka inilah yang menjadi best practices dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia. Namun hal itu tentu saja belum cukup karena berlangsung secara sporadis atau parsial dan pengaruhnya secara nasional tidak begitu besar. Oleh karena itu perlu ada gerakan nasional pendidikan karakter yang diprogramkan secara sistemik dan terintegrasi.
Hingga sampai dengan pemerintahan saat ini juga masih berusaha dalam membentuk manusia berkarakter, untuk mencapai suatu keadilan bagi seluruh Indonesia. Adapun langkah pemerintah saat ini yakni Presiden Joko Widodo, cita-cita tersebut menjadi salah satu prioritas pemerintah karena merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan untuk kemajuan bangsa Indonesia, sebagaimana terdapat dalam nawacitanya yakni "Melakukan Revolusi Karakter Bangsa".
Keberhasilan pendidikan karakter dalam upaya mewujudkan visi Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur sebagai mana tertuang dalam RPJP (2005-2025) perlu didukung oleh yakni :
Pada masa reformasi ini keinginan dalam membangun membangun karakter bangsa terus berkobar yakni bersamaan dengan munculnya euforia politik sebagai dialektika runtuhnya rezim orde baru. Keinginan menjadi bangsa yang demokratis, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menghargai dan taat hukum merupakan dari beberapa karakter bangsa yang diinginkan tentunya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, kenyataan yang ada justru menunjukan fenomena sebaliknya.
Konflik horizontal dan vertikal yang ditandai dengan kekerasan dan kerusuhan muncul di mana-mana, diiringi dengan mengentalnya semangat kedaerahan dan primordialisme yang bisa mengancam instegrasi bangsa; praktik korupsi dan nepotisme tidak semakin surut bahkan malahan semakin berkembang; demokrasi penuh etika yang di dambakan berubah menjadi demokrasi yang kebablasan dan menjurus pada anarkisme; kesatuan sosial dan politik semakin memudar pada berbagai tataran kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; kecerdasan kehidupan bangsa yang telah diamanatkan para pendiri negara semakin tidak tampak, semuanya itu menunjukan dari lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk Presiden RI. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Pada sebuah peringatan Dharma Shanti Hari Nyepi tahun 2010, Presiden menyatakan "Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia.
Untuk itu perlu dicari jalan yang terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia termasuk potensi mental. Melalui pendidikan maka diharapkan terjadi transformasi yang berarti dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi watak baik.
Di tengah kegelisahan yang menghinggapi berbagai komponen-komponen bangsa, sesungguhnya terdapat beberapa lembaga pendidikan atau sekolah yang telah melaksanakan pendidikan karakter secara berhasil dengan model yang mereka kembangkan sendiri. Mereka inilah yang menjadi best practices dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia. Namun hal itu tentu saja belum cukup karena berlangsung secara sporadis atau parsial dan pengaruhnya secara nasional tidak begitu besar. Oleh karena itu perlu ada gerakan nasional pendidikan karakter yang diprogramkan secara sistemik dan terintegrasi.
Hingga sampai dengan pemerintahan saat ini juga masih berusaha dalam membentuk manusia berkarakter, untuk mencapai suatu keadilan bagi seluruh Indonesia. Adapun langkah pemerintah saat ini yakni Presiden Joko Widodo, cita-cita tersebut menjadi salah satu prioritas pemerintah karena merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan untuk kemajuan bangsa Indonesia, sebagaimana terdapat dalam nawacitanya yakni "Melakukan Revolusi Karakter Bangsa".
Keberhasilan pendidikan karakter dalam upaya mewujudkan visi Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur sebagai mana tertuang dalam RPJP (2005-2025) perlu didukung oleh yakni :
- Komitmen dari seluruh para pemangku kepentingan dalam ikut serta rangka menyukseskan penyelenggaraan pendidikan karakter;
- Konsistensi dalam kebijakan dan pelaksanaan pendidikan karakter;
- Ketepaduan dan keberlanjutan sistem dalam pengembangan program dan kegiatan pendidikan karakter;
- Pengharusutamaan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional;
- Penjaminan mutu pendidikan karakter;
- Peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif dalam pendidikan karakter.
Sumber :
Adhis Anggiany Putri S (Kompas.com)
Agus Rukiyanto.2009.Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Kanisius. 64-67
Kerangka Acuan Pendidikan Karakter (Dirjen Dikti, Kemendiknas), 2010
Editor : Mustofa, S.Pd
Comments
Post a Comment